Thursday, January 1, 2015

Lula, Ilmuwan Bergembira

Kicau burung membangunkan pagi Lula. Satu kedip, dua kedip, cahaya pagi mengintip malu-malu menyapa dua bola mata hijaunya. Jemari Lula meraba lembut tempat tidur dan mengirup aromanya : wangi biskuit vanilla dengan sedikit kayu manis, tadi malam ia tertidur setelah melahap satu loyang biskuit yang habis sebelum sempat dimasukkan ke dalam toples. Padahal biskuit itu ditujukan untuk bibi kesayangan di hari pertunangan beliau. Ia begitu lapar dan tergiur dengan biskuit itu sehingga memakan semuanya. Lula pun terduduk di atas tempat tidur dan meregangkan badannya bagai kucing puas tertidur. Yasudah, aku bikin lagi saja, pikirnya langsung melangkahkan kaki ke dapur. "Pagi Lula! Apakah kau lapar sekali hingga langsung pergi ke dapur begitu bangun? Kau membangunkanku tahu.", Rox, kucing tampan bermata biru berbulu putih yang seringkali angkuh menguap lebar. "Diam kau Rox, memangnya kau sendiri tidak pernah begitu? Kau lupa akan kerakusanmu? Dasar kucing sombong!", Usagi kelinci manis berbulu abu-abu tipis menjewer telinga Rox sampai kucing itu meringis. Keduanya pun langsung bertengkar. "Hei kalian, tidak bisa kah sambut pagi yang damai ini dengan tenang? Kalau tidak tenang, nanti Madam Kroetz dan anak-anaknya tidak akan menyanyi di sekitar sini loh." Madam Kroetz ialah burung kutilang bersuara merdu yang tiap pukul 8 pagi pergi mencari makan seraya bersenandung untuk menyemangati diri dan anak-anaknya. "Aku selalu menyimpan takjub pada pagi. Embunnya, udaranya, suasananya dan suara kicau nan merdu ini, ah terberkatilah mereka yang dapat menikmati pagi", kata Lula saat pertama kali mendengar paduan suara Kroetz.

Lula memanaskan tungku dan mengaduk adonan, lalu membentuk biskuit-biskuit cantik itu dengan cetakan bulan sabit dan bintang-bintang karena Bibi Zelda secantik langit malam. Tidak lupa ia mengambil ramuan #009 yang ditaburkan di atas biskuit sebelum masuk panggangan, ramuan kebahagiaan. Ya, Lula ialah penyihir cilik namun ia lebih senang disebut ilmuwan bergembira. ia mengambil saripati kehidupan kemudian meramunya menjadi formula yang dituangkan dalam botol-botol kecil terbuat dari kuarsa mengkilap yang begitu cantik. Setiap hari Lula menjelajahi hutan dan bereksperimen, begitu sering sampai ia dapat mendengar kuda berbicara, katak meledek dan kambing tertawa. Akhir-akhir ini bahkan ia sempat mendengar siulan bunga mawar liar. Pernah 2-3 kali ia bertemu peri hutan dan berbicara dengannya. Sungguh, peri hutan ialah wanita yang lembut lagi penyayang yang teduh bagai hutan yang dijaganya. 

Selesai! Biskuit-biskuit yang dipenuhi aroma kebahagiaan merekah membuat perut Lula berbunyi. "Hih memalukan sekali! Seorang gadis membunyikan perut di depan pemuda tampan." seperti biasa Rox bertingkah menyebalkan, tapi sepertinya komentarnya kali ini merupakan usaha untuk menutupi keinginannya menyantap biskuit-biskuit tersebut. "Duh maaf, aku lapar sekali nih.", ujar Lula memegang perutnya. "Aku sudah membuatkan sarapan di dapur luar, mari makan", teriak Usagi dari luar pondok. "Ah Usagi, kau benar-benar luar biasa!"

Setelah sarapan, Lula pun mandi dengan bantuan Lili, gajah kecil bertelinga besar. Biasanya ia melakukan ini jika sedang malas ke sungai atau sedang ingin buru-buru. Lula pun memakai baju terusan bunga-bunga biru dengan renda putih yang menghiasi kerah dan kedua bahunya dan menyikat rambut ikal sebahu kecoklatannya. Lula memasukkan toples kaca bepita birunya ke dalam tas jinjing kayunya, memakai sepatu yang telah dipoles dan bersiap ke tempat bibinya. Rox dan Usagi, serta Lili (yang masih belum pulang karena ingin bersantai minum teh) melambaikan tangannya "Hati-hati di jalan Lula!", ucap mereka mendoakan. "Sampai jumpa temang-teman!", balas Lula sambil berlari ke arah kota, tempat Bibinya berada, tempat semua hal begitu mirip satu sama lain.

-Bersambung-

No comments:

Post a Comment