Thursday, July 28, 2016

Selepas Lulus, Terjun dan Terbang lah!

Saya sudah menjadi sarjana. Lepas satu tanggungan orang tua. Saya teringat pada hari H sidang, rabu 29 Juni 2016, begitu buka pintu, berhambur orang-orang menyatakan selamat, termasuk ayah dan ibu. Mereka yang biasanya begitu malas menjamah Depok pun datang untuk merayakan lolosnya saya dari kursi panas. Sampai-sampai, saat mengantar semua tete benge perayaan (selempang, piala, dll.), si Bapak tukar baju dengan batik untuk berfoto denganku di depan tulisan Fakultas Psikologi. Senang saya melihat ia senang. Lucu betul. Malam itu saya tidur dengan nyenyak dan mimpi indah.

Mimpi indah saya tidak lama. Begitu bangun, revisi menunggu untuk dikerjakan, tugas kantor pun harus diselesaikan, dan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan harus dijawab (atau sekedar dibuat bungkam sejenak). Menyenangkan melakukan semuanya tapi manusia memiliki batasan. Omong kosong jika ada yang menganggap batasan itu tidak ada. Batasan adalah yang membedakan manusia dengan Tuhan. Batasan pula yang membuat segala sesuatu jadi punya harga. Manusia mati karena terbatas waktu, jadi mereka yang sadar itu pun lebih menghargai hidup (namun saya tidak bilang kalau batasan itu tidak bisa ditekan loh ya). Pilihan yang saya ambil pun harus berdasarkan premis tersebut bahwa waktu dan tenaga saya terbatas, jadi mari membuat The BIG Plan.

The BIG Plan sama seperti cita-cita sama seperti visi. Seharusnya ia sederhana, jelas dan mudah ditakar. Saya tidak akan memberitahumu apa tujuan hidup saya karena tentu akan kehilangan seninya. Saya hanya akan menceritakan proses, pertimbangan dan sedikit clue. 

Waktu itu bos saya mengajak ngomong serius. Status magang saya ingin diubah jadi status karyawan. Saya agak deg-deg an dengan proses pertama jadi orang profesional (sebenarnya tidak juga sih, berlebihan sedikit lah). Saya tidak mau salah langkah sehingga jawaban pun saya tunda hingga pekan depan. Selama seminggu tersebut saya buat janji temu dengan senior dan rekan-rekan sebagai bahan pertimbangan keputusan, juga dengan melihat tanda-tanda sekitar (maksudnya pola peristiwa, bukan hal yang keramat ya). Namun tetap, keputusan berada di tangan saya.

Pertimbangan pengambilan keputusan ialah visi, umur (tenggat waktu), karier ke depan dan seberapa sesuai karier dengan potensi. Kurang lebih pembahasannya dari umum-khusus yang berpatok pada visi dan khusus-umum yang berpatok pada minat danpotensi, lalu kemudian rentetan prosesnya akan tergambarkan. Karena di awal saya sudah bilang akan merahasiakan visi, maka visi akan diwakilkan dengan clue, yaitu bertualang, ilmu pengetahuan dan keluarga. Dari ketiga hal tersebut, saya pun menemukan jawabannya. Kemudian dari potensi dan minat saya, hal yang tercetus ialah : interaksi dengan masyarakat, output berupa tulisan, hal-hal yang berkaitan dengan seni, budaya dan dunia pendidikan anak dan remaja serta Indonesia. Dari hal-hal tersebut pun saya menemukan jawaban. Setelah itu, saya mensintesa keduanya hingga terdapat kesimpulan berupa pekerjaan yang sesuai untuk saya. Kemudian, dijabarkan lagi dalam bentuk target yang harus saya lakukan di tiap tahunnya. Setelah itu, saya siap memberikan jawaban.

Pada akhirnya, saya mengambil resiko dengan meninggalkan suatu zona di titik paling aman dan nyaman. Di satu sisi saya bersemangat. Di sisi lain saya harus terus ingat, bahwa di luar zona nyaman merupakan zona pertaruhan : you win or you lose. Tugas saya sekarang yang paling menantang ialah merawat kendaraan berupa konsistensi, daya juang, dan jaringan. Kendaraan tersebut harus cukup baik untuk dapat mengantarkan saya sampai ke ujung perjalanan.

Wass.

Bismillahirrahmaanirrahim.